Rabu, 17 April 2013

Perawatan Ibu Pada Masa Nifas



Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi, seluruh organ kandungan baru pulih kembali seperti sebelum hamil, dalam waktu 3 bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan persalinan.

Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pasca nifas, masa nifas dini dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki ciri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam sesudah melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas, yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.
Pada masa nifas ini, terjadi banyak perubahan pada tubuh sang ibu, misalnya rahim yang tadinya membesar karena pertumbuhan janin, mulai kembali ke ukuran sebelum hamil. Selain itu, jalan lahir yang tadinya melebar karena dilewati oleh bayi pada proses persalinan, kini mulai mengecil dan kembali seperti sebelum hamil. Dinding perut yang tadinya longgar kini mulai mengencang kembali, dan payudara semakin membesar karena adanya produksi ASI. Masa nifas ini bersamaan dengan mulainya masa menyusui, sehingga masa ini sangat penting bagi keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif. Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) yang muncul pada awal masa nifas, yang kaya akan nutrisi penting bagi sistem kekebalan dan kecerdasan bayi, jangan sampai terlewatkan untuk diberikan pada bayi.
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru melahirkan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi perawatan masa nifas yakni memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis berlangsung dengan normal, mengamati proses kembalinya rahim ke ukuran normal, membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk kepada ibu dalam merawat bayinya. Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak plasenta lahir, dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan setelah melahirkan dan infeksi. Bila ada luka robek pada jalan lahir atau luka bekas guntingan episiotomi, dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, khususnya untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan.
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau  40 hari (Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).

Klasifikasi Nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan.

Tujuan Asuhan Nifas
Asuhan nifas bertujuan untuk :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi yang sehat.
d. Memberikan pelayanan KB.
e. Mempercepat involusi alat kandung.
f. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.
g. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan.
h.Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas
Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur– angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil.
a. Corpus uterus
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur – angsur menjadi kecil sampai akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
b. Endometrium
Perubahan–perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis degenerasi dan nekrosis di tempat inplantasi plasenta.
Hari I : Endometrium setebal 2 – 5 mm dengan permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Hari II : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel – sel dibagian yang mengalami degenerasi.
c. Involusi tempat plasenta.
Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm.
d. Perubahan pada pembuluh darah uterus.
Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke uterus khususnya ditempat implantasi plasenta menjadi besar setelah post partum otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah pada uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah plasenta lahir.
e. Perubahan serviks
Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong, karena corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara corpus dan servix uteri berbentuk seperti cincin. Warna servix merah kehitam – hitaman karena pembuluh darah.Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2 – 3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukan 1 jari ke dalam cavum uteri.
f. Vagina dan pintu keluar panggul
Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada minggu ke – 3 post partum, hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi corunculac mirtiformis.
g. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali. Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari pada kondisi sebelum hamil. (Mochtar, 1998).
Pengeluaran lochea terdiri dari :
1). Lochea rubra : hari ke 1 – 2.
Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan mekonium.
2). Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
3). Lochea serosa : hari ke 7 – 14.
Berwarna kekuningan.
4). Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas
Hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent.

Payudara
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ pelvix, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi payudara akan lebih menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi. Hari kedua post partum sejumlah colostrums cairan yang disekresi oleh payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Colostrums banyak mengandung protein, yang sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit.

Traktus Urinarius
Buang air sering sulit selama 24 jam pertama, karena mengalami kompresi antara kepala dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone esktrogen yang bersifat menahan air akan mengalani penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis.

System Kardiovarkuler
Normalnya selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, Hb, Hematokrit dan hitungan eritrosit berfruktuasi sedang. Akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh di bawah tingkat yang ada tepat sebelum atau selama persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah yang cukup banyak. Pada minggu pertama setelah kelahiran , volume darah kembali mendekati seperti jumlah darah waktu tidak hamil yang biasa. Setelah 2 minggu perubahan ini kembali normal seperti keadaan tidak hamil.

Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir. Untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah – masalah yang terjadi.

Tujuan kunjungan masa nifas yaitu:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1). Kunjungan I : 6 – 8 jam setalah persalinan
Tujuannya :
a). Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b). Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut.
c). Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d). Pemberian ASI awal.
e). Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f). Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2). Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan
Tujuannya :
a). Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b). Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c). Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
d). Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.
e). Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
3). Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )
4). Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
a). Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.
b). Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).

Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
Referensi :
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta. Sarwoho 13, 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP.
Lusa.web.id


Sumber: http://eblog-goblog.blogspot.com/2011/04/perawatan-ibu-pada-masa-nifas.html


Selasa, 16 April 2013


MANFAAT DAN ASUHAN TEKNIK PEMBERIAN ASI UNTUK IBU DAN BAYI
Melynda Mauludiya
(1202100092)
Abstrak
Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk ibu yang baru melahirkan karena pemberian ASI  sangat penting dan banyak manfaatnya bagi ibu dan anak. Teknik menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap ASI. Bidan atau perawat perlu mamberikan bimbingan pada ibu tentang cara-cara menyusui yang sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah. Pemberian ASI kepada bayi untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI yang masih rendah. Dan untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik menyusui yang baik dan benar.
Kata kunci: ASI, teknik pemberian ASI
PENDAHULUAN
ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, mudah dicerna, dan diserap karena mengandung enzin pencernaan, dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi karena mengandung zat penangkal penyakit, praktis dan mudah diberikannya serta murah dan bersih. Selain itu, ASI mengandung rangkaian asam lemak tak jenuh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak anak.
Proses menyusui bisa dilakukan oleh semua orang dengan benar tetapi tidak semuanya orang memberikan ASI dengan baik tanpa adanya panduan atau pembelajaran  karena proses menyusui bukan berjalan dengan sendirinya, tetapi membutuhkan keterampilan yang perlu diajarkan. Keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat pemberian ASI.
Berdasarkan hal di atas, maka ibu harus mengetahui pentingnya manfaat pemberian ASI kepada bayi untuk meningkatkan pengetahuan ibu yang masih rndah tentang pemberian ASI kepada bayi. Dan untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik menyusui yang baik dan benar..

BAHASAN
ASI
Air Susu Ibu atau disebut ASI adalah susu yang diproduksi oleh manusia (wanita) yang diproduksi secara alami setelah kelahiran bayi. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi yang belum bisa mencerna jenis makanan apapun. Oleh karena meningkatkan ASI sangat penting bagi bayi terutama pada masa awal kelahiran dimana ibu memproduksi susu yang disebut Kolostrum. Kolostrum adalah cairan berwarna bening kekuningan yang sangat penting bagi bayi dimana kolostrum banyak mengandung gizi dan imunitas yang baik untuk bayi.
Air Susu Ibu memiliki banyak manfaat untuk bayi untuk tumbuh kembangnya. Oleh karena itu sangat disarankan agar ibu memberikan ASI eksklusif untuk bayinya selama 6 bulan. Kandungan Nutrisi yang terkandung pada ASI tidak dimiliki oleh susu-susu formula yang ada dipasaran, hal ini yang menjadikan ASI sebagai makanan terbaik untuk sang bayi. Namun sayang tidak semua ibu dapat memenuhi atau memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya, hal ini banyak disebabkan oleh banyak faktor. Makanan adalah salah satu faktor penting dalam meningkatkan ASI yang berkualitas untuk bayi.
Menyusui  adalah proses pemberian susu yang paling penting untuk bayi dengan ASI dari payudara ibu. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
Manfaat pemberian ASI
Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi ibu, sekaligus memberi manfaat yang tidak terhingga untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu, tidak ada alasan apapun bagi ibu untuk tidak menyusui. Pemberian ASI merupakan hak anak sehingga jika ibu menolak melakukannya maka ia telah menelantarkan anaknya sendiri. ASI eksklusif adalah makanan terbaik yang seharusnya diberikan kepada bayi karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Tidak ada yang dapat menggantikan ASI karena ASI didesain khusus untuk bayi, sedangkan komposisi susu sapi (susu sapi segar atau susu formula yang sudah diformulasikan untuk bayi) sangat berbeda sehingga tidak dapat menggantikan ASI.
Adapun manfaat pemberian ASI antara lain:
a.       Untuk bayi
Banyak sekali manfaat ASI terutama untuk bayi yaitu: (1) ASI dapat mencegah penyakit karena mengandung immunoglobulin yang merupakan zat penyangkal penyakit. ASI dapat mengoptimalkan perkembangan bayi dan berada pada suhu yang tepat. Pemberian ASI bukan hanya dapat menjaga kesehatan pada saat masih bayi tetapi juga mempunyai kontribusi dalam menjaga kesehatan anak seumur hidupnya. Orang dewasa yang semasa kecilnya mendapat ASI mempunyai resiko rendah terkena hipertensi, serta mempunyai kecerdasan lebih tinggi dari pada orang yang tidak mendapatkan ASI semasa kecilnya. (2) ASI mengandung zat kekebalan tubuh Karena mudah untuk dikonsumsi dan dicerna, ASI melindungi bayi dari berbagai jenis infeksi, alergi, diare dan penyakit radang usus karena ASI memperkuat kekebalan sejak hari pertama dikonsumsi. (3) Perkembangan psikomotor  lebih cepat karena bayi yang mendapat ASI bisa  berjalan lebih cepat, menunjang daya ingat dan kemampuan berbahasa bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula. (4) Menunjang perkembangan penglihatan bayi karena ASI mengandung asam lemak omega 3. (5) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara. Salah satu penyebab mal oklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu. (6) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri karena terjalinnya komunikasi langsung antara ibu dan bayinya selama proses menyusui akan meningkatkan kelekatan di antara mereka. Rasa lekat dan percaya bahwa ada seseorang yang selalu ada apabila dibutuhkan lambat laun akan berkembang menjadi percaya pada diri sendiri.

(7)Mengandung antibodi. Dalam tinjau bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri E. coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinjau bayi tersebut juga rendah. di dalam ASI kecuali antibodi terhadap enterotoksin E. coli, juga pernah dibuktikan adanya antibodi terhadap salmonella typhi, shigela dan antibodi terhadap virus, seperti rota virus, polio dan campak.(Ambarwati,Wulandari;2010;18--19). (8)Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia eman bulan. Dengan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI cukup sebagai makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi sampai usia enam bulan yang terkandung dalam ASI akan memberikan perlindungan alami bagi bayi baru lahir.(Proverawati,Asfuah;2009;107)

b.      Untuk  ibu
Selain ASI sangat bermanfaat untuk bayi, ASI juga sangat bermanfaat untuk ibu yaitu: (1) Dapat mencegah pendarahan pasca persalinan. Menyusui bayi segera setelah lahir dapat mendorong terjadinya kontraksi rahim dan mencegah terjadinya perdarahan. Ini dapat membantu mempercepat proses kembalinya rahim ke posisi semula. (2) Menyusui juga merupakan ungkapan kasih sayang yang nyata dari ibu kepada bayinya. Hubungan batin anatar ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat menyusui bayi menempel pada tubuh ibu. Bayi bisa mendengarkan detak jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu. (3) ASI  juga sangat praktis dan ekonomis. (4) Ibu yang sering menyusui bayinya maka dapat merangsang produksi ASI. (5) Ibu yang menyusui maka akan menpercepat kembalinya berat ibu kembali keberat sebelum hamil karena dengan menyusui cadangan lemak dalam tubuh ibu yang memang disiapkan sebagai suber energy selama kehamilan untuk digunakan sebagai energi pembentuk ASI akan menyusut. Penurunan berat badan ibu pun akan terjadi lebih cepat. (6) Ibu merasa bangga dan bahagia karena dapat menyusui demi kebahagiaan bayinya yang akan memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayi. (7) Untuk menumbuhkan rasa percaya diri ibu dalam menyusui. (8) Pemberian ASI dapat mencegah kehamilan karena hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga posterior hipofisis mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur menerima produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

(9)Mencegah anemia defisiensi zat besi. Bila pendarahan pasca persalinan berhenti lebih cepat, maka resiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia pada ibu akan berkurang.(Proverawati,Asfuah;2009;108). (10)Mengurangi resiko kanker payudara mungkin jarang diketahui banyak orang. Pada tahun 2000, penelitian di 6 negara yang melibatkan 147 orang ibu menunjukkan bahwa 20% ibu yang menyusui akan terhindar dari kanker payudara. Semakin ibu sering menyusui maka semakin sedikit terjadinya kanker payudara.(Yuliarti;2010;11)

Teknik menyusui yang baik dan benar
Sebelum mulai menyusui, sediakan waktu untuk bermain dahulu dengan bayi Anda sehingga suasana menjadi rileks dan nyaman. Pastikan bayi dalam keadaan kering, nyaman, dan tidak mengantuk. Teknik menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap air susu. Bidan atau perawat perlu mamberikan bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah persalinan  tentang cara-cara menyusui yang sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah. Beberapa teknik menyusui sebagai berikut: (1) Menyusui ibu bersalin normal: Ibu yang melahirkan secara spontan bias lebih leluasa dalam memilih memilih posisi meyusui, sambil duduk atau berbaring menyamping. Jika posisi duduk yang dipilih:  Gunakan kursi yang nyaman, upayakan telapak kaki menginjak lantai, dan  gunakan bangku kecil sebagai pengganjal bila posisi kaki agak menggantung. (2) Posisi menyusui ibu dengan bayi kembar dimana kedua bayi disusu bersamaan kiri dan kanan, dengan cara:  Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti memegang bola, letakkan tapat dibawah payudara ibu, posisi kaki bayi boleh dibiarkan menjuntai keluar dan kepala bayi diletakkan pada satu bidang datar atau bantal yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu. (3) Menyusui ibu dengan kondisi bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontra indikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.

(4) Menyusui ibu dengan bayi prematur atau bayi berat lahir rendah (BBLR): Untuk bayi dengan kondisi prematur, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperah dan diberikan pada bayi dengan menggunakan sonde lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk mengisap, sementara ASI yang telah dikeluarkan dapat memberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting.(Yuliarti;2010;37). (5) Menyusui dengan frenulum pendek: Jaringan ikat antara dan dasar mulut (frenulum) tampak pendek, tebal, kaku sehingga membatasi gerak lidah. Dengan keadaan demikian, bayi akan sukar menyusu dengan baik karena lidah tidak dapat dianjurkan untuk menangkap areola mamae. Pada beberapa keadaan, frenulum perlu digunting melalui suatu operasi kecil yang tidak memerlukan narkose. Pendarahan sangat kecil. (Yuliarti;2010;38).

Lama dan frekuensi menyusui juga sangat berpengaruh dalam proses menyusui. Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menagis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan atau kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah perlu menyusui bayinya. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui dengan kedua payudara. Seorang ibu akan berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyanggah payudara, tetapi tidak terlalu ketat. Dan berat badan ibu dijaga agar tidak naik secara berlebihan.
Ciri-ciri bayi menyusu yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat menyebabkan puting susu lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusu dengan benar maka akan memprlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: (1) Bayi tampak tenang. (2) Badan bayi menempel pada perut ibu. (3) Dagu bayi menempel pada perut ibu. (4) Mulut bayi terbuka cukup lebar. (5) Bibir bawah bayi juga terbuka lebar. (6) Areola yang kelihatan lebih luas di bagian atas dari pada di bagian bawah mulut bayi. (7) Bayi ketika menghisap ASI cukup dalam menghisapnya, lembut dan tidak ada bunyi. (8) Puting susu tidak merasa nyeri. (9) Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus. (10) Kepala bayi tidak ada posisi tengadah.
Bayi yang yang menyusu dengan benar maka kebutuhan ASI bayi dapat tercukupi, adapun tanda-tanda bayi yang cukup ASI yaitu: jumlah air kecilnya dalam satu hari paling sedikit enam kali, warna seni biasanya tidak berwarna kucing pucat, bayi sering buang air besar berwarna kekuningan berbiji, bayi kelihatannya puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur dengan cukup, bayi paling sedikit menyusu sepuluh kali dalam duapuluh empat jam, payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui, ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu, ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI, bayi bertambah berat badannya.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian ASI eksklusif sangat penting bagi ibu dan peningkatan kualitas bayi yang dilahirkan. Pemberian ASI sangat dianjurkan karena banyak sekali manfaatnya.
Tehnik menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap air susu. Bidan atau perawat perlu mamberikan bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah persalinan  tentang cara-cara menyusui.

Saran
Setelah diketahui banyak manfaat dalam pemberian ASI untuk ibu dan anak maka penulis menyarankan untuk ibu menyusui yaitu sebagai berikut:
o   Memperhatikan keadaan bayi saat menyusui
o   Memperhatikan posisi bayi saat menyusui
o   Menciptakan suasana yang nyaman saat menyusui

DAFTAR RUJUKAN
Ambarwati, Retno Eny dan Wulandari, Diah.2010.Asuhan Kebidanan Nifas.2010.Yogyakarta:Nuha offsof.
Proferati, Atika dan Asfuah, Siti.2010.Gizi Untuk Kebidanan.Yogyakarta:Nuha Medika.
Yuliarti, Nurheti.2010.Keajaiban ASI Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil.Yogyakarta:C.VAndi Offset(penerbit Andi).

Jenis makanan sehat awal kehamilan


Makanan sehat awal kehamilan yang baik untuk si ibu hamil dan bayinya biasanya makanan yang mengandung banyak protein karena untuk perkembangan si bayi dan juga untuk pemberi tenaga untuk si ibunya. makanan adalah hal yang paling utama yang harus diberika kepada wanita yang sedang hamil, karena bagaimanapun juga makanan adalah hal yang paling utama dalam kehidupan manusia. Karena itu, wanita yang sedang hamil harus giat-giat dalam memilih jenis makanan apa saja yang harus dipilih yang baik untuk kesehatannya dan juga si bayi atau malah makanan yang berbahaya untuk keduanya. Maka dari itu, wanita yang sedang hamil harus mengetahui jenis makanan sehat awal kehamilan. seperti apakahmakanan sehat awal kehamilan itu?

4 Bagian makanan sehat awal kehamilan

1. Protein
2. Vitamin dan Mineral
3. Karbohidrat dan lemak
4. Susu dan makanan untuk perkembangan otak bayi.
jenis makanan sehat awal kehamilan jenis makanan sehat awal kehamilan
makanan sehat awal kehamilan, seperti ubi jalar, buah alpokat, daging, sayuran dan masih banyak lagi
Sebaiknya selama kehamilan, ibu yang sedang hamil harus banyak mengkonsumsi makanan yang sehat seperti sayur-sayuran, buah-buahan, daging, ikan, kacang-kacangan, telur dan susu terutama untuk formula khusus untuk ibu yang sedang hamil.
Pada saat trimester pertama atau awal kehamilan, makanan sehat awal kehamilan yang mengandung protein seperti DHA dan ARA lebih dibutuhkan guna pertumbuhan awal dan dasar yang kuat bagi janin atau si bayi.

Makanan Sehat Awal Kehamilan Sebagai Pembangun Tubuh

Makanan yang kaya akan protein kebanyakan terdapat pada daging ayam, makanan laut, buah, sapi, ikan, telur, buah alpukat dan susu. Protein ini sendiri sangat dibutuhkan tubuh untuk membangun jaringan baru, memelihara sel tubuh, meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi luar. Selama kehamilan, kebutuhan gizi akan semakin meningkat sampai-sampai 20-30% kalori guna untuk memproduksi energi untuk kegiatan sehari-hari sang ibu hamil.

Selain Makanan Sehat Awal Kehamilan, lalu apakah makanan yang harus dihindari saat masa hamil?

Para ibu hamil harus mengetahui tentang makanan sehat awal kehamilan, tetapi juga disamping itu ibu hamil juga perlu untuk mengetahui makanan apa saja yang harus dihindari saat masa hamil. Karena kondisi ibu dan bayi dipengaruhi oleh makanan apa saja yang dimakan oleh ibu hamil, oleh sebab itulah para wanita yang hamil harus mengetahui makanan apa saja yang harus dihindari saat masa hamil.
1. Hindari makanan yang mengandung zat aditif, zat pengawet, dan zat penambahan pangan.
2. Hindari makanan berkalori tinggi yang hanya mengandung gula dan lemak saja dan kurang kandungan gizi lainnya seperti pada goreng-gorengan dan lain sebagainya.
3. Sebaiknya tidak mengkonsumsi kafein berlebihan
4. Hindari penggunaan obat tanpa resep dari dokter.

Kamis, 11 April 2013




TUGAS KESEHATAN MASYARAKAT
Melynda Mauludiya (1202100092)


Pengaruh Seks Bebas Remaja Pranikah Terhadap Kesehatan Reprosuksi



BAB I
PENDAHULUAN
                                                            
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial. Remaja pada masa peralihan tersebut kemungkinan besar dapat mengalami masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat.
Adanya kemudahan dalam menemukan berbagai macam informasi termasuk informasi yang berkaitan dengan masalah seks, merupakan salah satu faktor yang bisa menjadikan sebagian besar remaja terjebak dalam perilaku seks yang tidak sehat. Berbagai informasi bisa diakses oleh para remaja melalui internet atau majalah yang disajikan baik secara jelas dan secara mentah yaitu hanya mengajarkan cara-cara seks tanpa ada penjelasan mengenai perilaku seks yang sehat dan dampak seks yang berisiko, misalnya penyakit yang diakibatkan oleh perilaku seks yang tidak sehat.
Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan seks bebas menempatkan remaja pada tantangan risiko yang berat terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan anak, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) yang masih dapat disembuhkan. Secara global, 40% dari semua kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah setiap hari ada 7000 remaja yang terinfeksi HIV (UNAIDS, 1998). Jumlah kasus HIV di Indonesia yang dilaporkan hingga Maret 2007 mencapai 14.628 orang. Sedangkan kasus AIDS sudah mencapai 8.914 orang, separuh atau 57,4 % dari kasus ini adalah kaum muda yang umurnya 15-29 tahun (Depkes, 2007).
Di Indonesia ada sekitar 16-20% dari remaja yang berkonsultasi telah melakukan hubungan seks pranikah, jumlah kasus ini cenderung naik. Itu bisa dilihat dengan meningkatnya jumlah kasus aborsi di Indonesia yang mencapai 2,3 juta per tahun. Di Jawa tengah ada sekitar 60 ibu yang melakukan aborsi perbulan atau sekitar 720 per tahun. Tragisnya 15-30% dari perilaku aborsi itu  adalah remaja yang berstatus siswi SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas), hal ini menunjukkan rentannya remaja terhadap masalah seks bebas (Usi, 2007).
Yang lebih memprihatinkan lagi, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat hasil survei pada 2010 menunjukkan, 51 % remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pranikah. Hasil survei untuk beberapa wilayah lain di Indonesia, seks pranikah juga dilakukan beberapa remaja, misalnya saja di Surabaya tercatat 54 %, di Bandung 47 %, dan 52 % di Medan. Hasil penelitian di Yogya dari 1.160 mahasiswa, sekitar 37 % mengalami kehamilan sebelum menikah.
Dalam melakukan hubungan seksual, sebagian remaja banyak yang tidak memikirkan dampak dari dua kemungkinan yang dapat terjadi yaitu kehamilan yang tidak dikehendaki dan penyakit hubungan seksual. Kehamilan yang tidak dikehendaki dapat terjadi setiap saat sebab mereka biasanya hanya memikirkan kesenangan dan kenikmatan sesaat saja tanpa memikirkan akibatnya yang sangat merugikan remaja putri. Jika dibandingkan dengan remaja putra, remaja putri  paling rentan dalam menghadapi masalah kesehatan sistem reproduksinya. Secara anatomis remaja putri lebih mudah terkena infeksi dari luar karena bentuk dan letak organ reproduksinya yang dekat dengan anus. Dari segi fisiologis, remaja putri akan mengalami menstruasi, kehamilan di luar nikah, aborsi, dan perilaku seks di luar nikah yang berisiko terhadap kesehatan reproduksinya.
Namun perilaku seks bebas remaja dan resiko kesehatan reproduksi remaja ini dapat diminimalisir dengan adanya pendidikan agama dan akhlak, bimbingan orang tua, dan pendidikan seks serta pengetahuan yang benar tentang kesehatan reproduksi remaja. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja ini dapat ditingkatkan dengan pendidikan kesehatan reproduksi yang dimulai dari usia remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi di usia remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diharapkan atau kehamilan beresiko tinggi.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja terhadap sikap perilaku seks bebas?
2.      Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi?
3.      Bagaimanakah dampak negatif dari sikap perilaku seks bebas terhadap kesehatan reproduksi remaja?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan adalah :
1.      Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan remaja terhadap sikap perilaku seks bebas.
2.       Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
3.       Untuk mengetahui dampak negatif dari sikap perilaku seks bebas terhadap kesehatan reproduksi remaja.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Seks Bebas
Seks bebas adalah bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan di luar ikatan pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi.
Seks bebas bukan hanya dilakukan oleh kaum remaja bahkan yang telah berumah tangga pun sering melakukannya dengan orang yang bukan pasangannya. Biasanya dilakukan dengan alasan mencari variasi seks ataupun sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan.
2.1.2 Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Istilah reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali dan kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya.Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia.
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.
Dari pengertian di atas kesehatan reproduksi remaja dapat diartikan sebagai suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.
2.2  Kondisi Remaja Pada Masa Puber
Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat, biasanya disebut dengan pubertas. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan fisik atau biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial.
2.2.1 Perubahan Fisik
Perubahan fisik dapat diamati secara langsung, seperti pertambahan tinggi dan berat badan yang disebut pertumbuhan dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan hormonal. Antara remaja putra dan remaja putri kematangan seksualnya terjadi dalam usia yang agak berbeda. Coleman and Hendry (1990) dan Walton (1994) mengatakan bahwa kematangan seksual pada remaja pria biasanya terjadi pada usia 10-13 tahun, sedangkan pada remaja putri terjadi pada usia 9-15 tahun.
Pada remaja putra perubahan itu ditandai oleh perkembangan pada organ seksual mulai dari tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan suara, dan juga ejakulasi pertama melalui mimpi basah. Sedangkan pada remaja putri pubertas ditandai dengan menstruasi (haid pertama), perubahan pada dada (mammae), tumbuhnya rambut kemaluan, dan perbesaran panggul. Usia menstruasi (haid pertama) bervariasi dengan rentang umur 10 hingga 16 tahun. Semakin cepat seseorang mengalami menstruasi (haid pertama) tentu semakin cepat pula ia memasuki masa reproduksi.
2.2.2 Perubahan Psikologis
Masa remaja sering disebut juga dengan masa pancaroba, masa kritis, dan masa pencarian identitas. Pada masa remaja labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif, bahkan perbuatan nekad. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu yang sifatnya eksperimen dan eksploratif. Pada masa ini banyak terjadi kenakalan remaja akibat tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka seperti kebutuhan akan prestasi, komformitas, kebutuhan yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, kebutuhan akan identitas diri, dan kebutuhan seksual.
2.3     Faktor – Faktor yang Mempegaruhi Seks Bebas
Pengaruh  seks bebas di kalangan remaja disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
2.3.1   Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri remaja itu sendiri yang meliputi:
·         Masa Pubertas yang Dialami Remaja
Pubertas merupakan suatu masa yang harus dialami oleh semua remaja cepat atau lambat. Pada masa pubertas alat kelamin sekunder telah matang, sehingga terjadi perubahan fisik dan emosi. Seksualitas pada masa remaja inilah yang sedang memuncak. Dimana ketika fungsi reproduksi mulai bekerja, secara alamiah remaja menjadi ingin tahu banyak tentang seks, sehingga seringkali keingintahuan dan rasa ingin coba remaja menjadi  tidak terkontrol lagi dan berujung pada perilaku seks bebas.
·         Dorongan Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
Masa remaja yang ditandai dengan berkembangnya karakter seks, mendorong keingintahuan remaja terhadap hal tersebut. Namun kurangnya pendidikan seks dari lembaga formal seperti sekolah dan orang tua menyebabkan mereka mencari informasi tersebut pada tempat yang salah yaitu di media massa seperti internet, majalah porno, bahkan film yang mengeksploitasi kehidupan remaja mengenai seks. Film porno yang beredar di pasaran memberikan ruang terbuka bagi keingintahuan tersebut yang mau tidak mau akan berujung pada keinginan untuk  melampiaskan hasrat seksual tersebut pada perilaku amoral yaitu seks bebas.

·         Kurangnya mental keimanan (Spiritualisme)
Kurangnya mental keimanan turut mempengaruhi tindakan seseorang termasuk perilaku seksualnya. Apabila benteng keimanan remaja kuat maka ia pasti dapat menghindarkan diri dari perilaku seks bebas.
·         Hawa nafsu
Hawa nafsu merupakan hal yang sangat menentukan dalam terjadinya perilaku seks bebas. Timbulnya rangsangan seks pada diri seorang remaja menyebabkan hawa nafsu yang tidak terkontrol. Hal ini bisa terjadi apabila seorang remaja melakukan tindakan-yang dapat menimbulkan rangsangan, seperti menonton blue film atau video porno, membaca cerita-cerita porno, bahkan ada yang mulai meraba-raba alat kelamin pasangannya saat pacaran. Rangsangan tersebut dapat menjadi pemicu utama perilaku seks bebas.
·         Tekanan dalam Diri Remaja itu Sendiri
Dalam menjalani kehidupannya,  seorang remaja tentunya tak luput dari permasalahan. Namun tidak semua remaja mengetahui cara mengatasi permasalahan tersebut. Ada dua sifat remaja masa kini yaitu remaja yang terbuka dan tertutup. Remaja yang terbuka tentunya berbagi permasalahannya dengan orang yang dapat memberinya motivasi seperti orang tua dan sahabatnya, sedangkan remaja yang tertutup cenderung lari dari masalah tersebut dan melakukan perilaku yang menyimpang untuk menenangkan diri. Salah satunya dengan melakukan seks bebas.
·         Seks Bebas Dijadikan Potret Anak Gaul
Sesuatu yang sangat mengagetkan khalayak umum saat ini adalah standarisasi seseorang dikatakan gaul misalnya “ngeseks itu bukti kejantanan”. Banyak remaja yang berpikir bahwa, dengan melakukan seks bebas, maka ia telah dianggap sebagai anak gaul dan diterima dalam pergaulan. Padahal hal ini merupakan suatu kesalahan besar. Akan tetapi, remaja yang memilki konsep diri rendah yang tak memikirkan hal ini secara jernih tetap saja melakukannya supaya ia diterima sebagai anak gaul dan tidak ingin diejek sebagai banci kaleng.
·         Ketagihan (adiktif)
Seks sama seperti orang makan, kebutuhan mutlak setiap orang. Tetapi kalau dia tidak dikelola dengan benar akibatnya bisa gawat. Sekali saja mencoba pasti akan mau lagi dan lagi. Apabila seorang remaja sudah pernah melakukan hubungan seks di luar nikah maka rasa ingin dan ingin mencoba lagi itu akan muncul apalagi apabila ia belum mengalami konsekuensi yang membuatnya jera.
2.3.2  Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri remaja yang meliputi:
·         Dampak Negatif Perkembangan Teknologi
tehnologi informasi berkembang begitu pesat sehingga memungkinkan kita mengakses sejumlah informasi yang baik maupun buruk. Kemudahan mengakses informasi terutama informasi yang buruk turut memicu perilaku seks bebas, seperti adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa dengan teknologi  yang canggih. contoh; VCD, buku stenlis, photo, majalah, internet dan lain-lain.
·         Kurangnya Pengawasan Orang Tua
Kurangnya bimbingan dan pengawasan orang tua sudah pasti akan membuat anak menjadi liar, orang tua yang terlalu percaya kepada anak tanpa mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh anak-anaknya merupakan tindakan yang salah yang berakibat fatal bagi si anak sendiri. Bahkan bukan tidak mungkin sebenarnya orang tua sendiri yang menjerumuskan anaknya, sebagai contoh misalnya, orang tua merasa malu kalau anaknya yang sudah SMA ataupun sudah remaja belum punya pacar akan didorong untuk segera memiliki pacar. Akhirnya anak tersebut pun mencari pacar dan menjalani hubungan yang awalnya wajar-wajar saja mulai dari jalan bersama, pegangan tangan, kemudian kissing dan berujung pada seks bebas.
·         Pergaulan Bebas
Dalam lingkungan pergaulan remaja ABG, ada istilah yang kesannya lebih mengarah kepada hal negatif ketimbang hal yang positif, yaitu istilah “anak gaul”. Istilah ini menjadi sebuah ikon bagi dunia remaja masa kini yang ditandai dengan nongkrong di kafe, mondar-mandir di mal, gaya fun, berpakaian serba sempit dan ketat kemudian memamerkan lekuk tubuh, dan mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi bahkan menganggap seks sebagai ikon kehidupan remaja yang gaul.
·         Masuknya Budaya Luar
Masuknya budaya luar turut menyebabkan perilaku seks bebas di kalangan remaja diantaranya budaya barat yang melegalkan hubungan seks yang bahkan menjadikan seks bebas sebagai gaya hidup. Hal inilah yang membuat remaja beranggapan bahwa hal ini juga dapat dilakukan di negara kita dengan jalan meniru. Padahal kenyataannya perilaku ini sangatlah bertentangan dengan budaya kita.
·         Pengaruh Obat-Obatan Terlarang dan Alkohol
Penggunaan obat-obatan terlarang dan kebiasaan mengonsumsi alkohol turut memicu maraknya perilaku seks bebas. Kedua benda ini bekerja untuk merangsang saraf pusat untuk bekerja di luar kesadaran. Benda ini menyebabkan jalan pikiran penggunanya tidak jernih sehingga tindakan yang menyimpang pun dianggap legal. Salah satu jenis penyimpangan tersebut adalah seks bebas.
·         Adanya Praktek Aborsi
Adanya praktek aborsi seakan memberikan jaminan kepada remaja untuk melakukan seks bebas yang menyebabkan tingkat perilaku tersebut  semakin meningkat. Pasalnya dengan adanya praktek aborsi, remaja tidak akan takut lagi untuk melakukan seks bebas, karena apabila mereka mengalami kehamilan, mereka dapat menggugurkan janin yang dikandungnya dengan jalan melakukan aborsi. Walaupun praktek aborsi menimbulkan penderitaan yang luar biasa, namun masih banyak saja remaja yang menggandrungi jalan tersebut agar mereka terhindar dari aib hamil di luar nikah.
·         Adanya kesempatan
Maraknya seks bebas di kalangan remaja juga disebabkan oleh faktor adanya kesempatan untuk memenuhi dorongan seksual yang mereka alami. Kesempatan yang diberikan oleh seorang remaja kepada pasangannya memberi ruang bagi pasangannya untuk memenuhi dorongan seksual tersebut sehingga perilaku seks bebas pun tak terelakkan.
·         Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hukum mendorong meningkatnya perilaku seks bebas dari tahun ke tahun. Tidak adanya sanksi yang tegas  dari pihak hukum menyebabkan remaja bebas melakukan perilaku seks bebas.
·         Dukungan Dana
Dana dari orang tua yang berlebihan bisa menjadi pemicu seseorang terjerumus ke dalam perilaku seks bebas, karena tidak tahu lagi uangnya mau digunakan untuk  apa, maka mereka mencoba-coba hal-hal yang negatif termasuk seks bebas. Dana yang kurang pun bisa menjadi faktor pemicu seseorang melakukan tindakan seks bebas, entah itu terpaksa atau bahkan ada yang melakukan hal ini dengan senang hati karena sudah terbiasa.
2.4 Pengaruh Seks Bebas
Ada beberapa pengaruh perilaku seks bebas remaja pranikah terhadap kesehatan reproduksi, antara lain:
2.4.1 Hamil yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy)
Unwanted pregnancy membawa remaja pada dua pilihan, melanjutkan kehamilan atau menggugurkannya. Hamil dan melahirkan dalam usia remaja merupakan salah satu faktor risiko kehamilan yang tidak jarang membawa kematian ibu. Menurut Wibowo (1994) terjadinya perdarahan pada trisemester pertama dan ketiga, anemi dan persalinan kasip merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan remaja. Selain itu kehamilan di usia muda juga berdampak pada anak yang dikandung, kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) dan kematian perinatal sering dialami oleh bayi-bayi yang lahir dari ibu usia muda. Menurut Affandi (1995) tingkat kematian anak pada ibu usia muda mencapai 2-3 kali dari kematian anak yang ibunya berusia 20-30 tahun.
Selain melanjutkan kehamilan tidak sedikit pula mereka yang mengalami unwanted pregnancy melakukan aborsi. Lebih kurang 60 % dari 1.000.000 kebutuhan aborsi dilakukan oleh wanita yang tidak menikah termasuk para remaja. Sekira 70-80 % dari angka itu termasuk dalam kategori aborsi yang tidak aman (unsafe abortion) yang juga merupakan salah satu factor yang menyebabkan kematian ibu.
2.4.2  Penyakit Menular Seksual (PMS) – HIV/AIDS
Dampak lain dari perilaku seks bebas remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Para remaja seringkali melakukan hubungan seks yang tidak aman dengan kebiasaan dengan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS/HIV seperti sifilis, gonore, herpes, klamidia, dan AIDS. Dari data yang ada menunjukkan bahwa diantara penderita atau kasus HIV/AIDS 53% berusia antara 15-29 tahun.
2.4.3  Gonorea (kencing nanah)
 Gonorea (kencing nanah) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi. Meskipun sering tanpa gejala, infeksi bakteri ini dapat menyebabkan rasa sakit saat buang air kecil dan mengeluarkan nanah setelah dua hingga sepuluh hari.
2.4.4    Klamidia
Klamida merupakan salah satu jenis infeksi menular seksual (IMS) pada manusia. Penyakit ini merupakan salah satu IMS yang paling umum di seluruh dunia. Istilah infeksi klamidia juga mengacu pada infeksi yang disebabkan oleh setiap jenis bakteri Chlamydiaceae. Sebagai contoh, bakteri C trachomatis hanya ditemukan pada manusia. Bakteri ini dapat merusak alat reproduksi manusia dan penyakit mata. Kondisi ini mempunyai gejala mirip gonore, walaupun bisa juga muncul tanpa gejala. Meskipun tidak menunjukkan gejala, klamidia dapat menimbulkan peradangan testikel, prostat, maupun uretra. Konsekuensi bagi wanita lebih serius lagi. Infeksi yang tidak ditangani menjadi penyebab utama penyakit radang panggul, kehamilan ektopik, dan beberapa kejadian infertilitas.
2.4.5   Psikologis
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam posisi terpojok yang sangat dilematis. Dalam pandangan masyarakat, remaja putri yang hamil merupakan aib keluarga yang melanggar norma-norma sosial dan agama. Penghakiman social ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri tersebut. Perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami relaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan yang kadang disertai dengan rasa benci dan marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib yang membuat kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi remaja tidak terpenuhi.
2.5 Penanggulangan Dampak Seks Bebas
Ada beberapa upaya prefentif yang bisa dilakukan untuk penanggulangan dampak seks bebas, antara lain:
2.5.1 Pendidikan agama dan akhlak.
Pendidikan agama wajib ditanamkan sedini mungkin pada anak. Dengan adanya dasar agama yang kuat dan telah tertanam pada diri anak, maka setidaknya dapat menjadi penyaring (filter) dalam kehidupannya. Anak dapat membedakan antara perbuatan yang harus dijalankan dan perbuatan yang harus dihindari.
2.5.2  Pendidikan seks dan reproduksi.
Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam berhubungan kelamin. Hal ini tentunya akan membuat para orangtua merasa khawatir. Untuk itu perlu diluruskan kembali pengertian tentang pendidikan seks. pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya.Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi sehingga lingkup pendidikan kesehatan reproduksi lebih luasPendidikan kesehatan reproduksi mencakup seluruh proses yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan aspek-aspek yang mempengaruhinya, mulai dari aspek tumbuh kembang hingga hak-hak reproduksi. Sedangkan pendidikan seks lebih difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan seks.
2.5.3  Bimbingan orang tua.
Peranan orang tua merupakan salah satu hal terpenting dalam menyelesaikan permasalahan ini. Seluruh orang tua harus   memperhatikan perkembangan anak dan memberikan informasi yang benar tentang masalah seks dan kesehatan reproduksi kepada anak. Orang tua berkewajiban memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada anak sedini mungkin saat anak sudah mulai beranjak dewasa. Hal ini merupakan salah satu tindakan preventif agar anak tidak terlibat pergaulan bebas dan  dampak-dampak negatifnya. Selain itu orang tua juga harus selalu mengawasi pergaulan anaknya. Dengan siapa mereka bergaul dan apa saja yang mereka lakukan di luar rumah. Setidaknya harus ada komunikasi antara anak dengan orang tua setiap saat. Apabila anak menemukan masalah, maka orang tua berkewajiban untuk membantu mencarikan solusinya.
2.5.4 Meningkatkan aktivitas remaja ke dalam program yang produktif.
Melatih dan mendidik para remaja yang telah dipilih untuk menjadi anggota suatu organisasi, misalnya Karang Taruna, Karya Ilmiah Remaja, Pusat Informasi dan Konseling Pendidikan Reproduksi Remaja (karena remaja biasanya dapat lebih mudah melakukan komunikasi dan membicarakan masalah tersebut antara sesamanya), dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat.
2.6 Peran Bidan dalam Menanggulangi Masalah Seks Bebas Remaja
Bidan Ikut serta dalam kelompok remaja sehingga lebih mudah mengadakan pendekatan misalnya melakukan penyuluhan-penyuluhan pada remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan memberikan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi remaja. Tujuannya adalah memberikan bekal pengetahuan pada remaja atas kesehatan reproduksi dan seksual secara benar, sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang benar yang tidak berakibat pada terjadinya seks bebas pranikah dikalangan remaja.


BAB III
PENUTUP
Simpulan
Permasalahan perilaku seks bebas remaja di Indonesia semakin lama semakin memprihatinkan, maka diperlukan penanganan yang serius. Beberapa penelitian yang telah dilakukan beberapa pihak didapatkan data-data pergaulan seks bebas yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini membuktikan bahwa permasalahan tersebut harus segera diminimalisir agar tidak merusak generasi muda di masa yang akan datang.
Ada banyak faktor yang memicu terjadinya seks bebas dikalangan remaja, diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Dari faktor-faktor tersebut, mempunyai dampak negatif dan positif  bagi remaja. Permasalahan yang timbul akibat pengaruh seks bebas di kalangan remaja perlu mendapat perhatian khusus. Generasi muda di Indonesia harus diselamatkan agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang merusak moral. Hal ini dapat dilakukanakan dengan adanya kerjasama antara pihak orang tua, anak dan lembaga yang terkait.
 Saran
Sebaiknya orang tua hendaknya memberikan contoh yang baik kepada anaknya seperti menanamkan pendidikan agama dan akhlak sejak anak berusia dini. Melakukan komunikasi antara anak dan orang tua serta pengawasan orang tua terhadap pergaulan anak sehari-hari dan media yang dikonsumsi anak baik media cetak maupun elektronik sehingga anak tersebut tidak terjerumus pada pergaulan bebas yang akan  berdampak pada perilaku seks bebas dikalangan remaja pranikah.


DAFTAR RUJUKAN


 

Selamat Membaca...... Design By: SkinCorner